Tuesday, December 16, 2008

Suatu Tanpa Titik [2]

semalam
aku di perkampungan itu
jauh tempatnya membulat tekadku
bersama teman yang sejiwa
sama menyedia diri untuk diasuh
bagai bayi baru lahir
bagai budak baru bertatih
bagai kanak-kanak baru belajar mengeja
aku disuap makanan yang sungguh lazat
aku diusap belaian azimat
mereka cekal memberi kefahaman
mereka tekal membantu aku dan teman
supaya keluarnya jadi berguna
dan memperguna apa yang ada untuk ghoyah yang satu
ya ALLAH...hamba-hambaMU itu benar-benar mantap
ku berdepan dengan si 'abid itu
duduknya tawadhu'
ayatnya menyentuh qalbu
menusuk tanpa paksa
ku tanam indah agar bersemi,
ku kenang si dia, si ketua jentera
tangannya di atas tika berbicara
tinggi ilmunya, besar pandangannya, luas impiannya
tegas ucapan jasad berdiri, berkata dari mata hati
hingga itu masih kukuh ku biar tertanamnya ia,
ku pandang jasad kecil itu
matanya bulat memandang penuh cahaya
jemari digenggam mempasak keyakinan
sedia ia berkongsi idealisma
di situ dia bersama karisma perjuangan,

aku kembali lagi ke daerah itu
bunyi airnya tenang sekali
tempatnya dingin
bunyi burung tak lekang
menyalur masuk menyentuh gegendang
lalu bergetar
sama hebat getarnya
pabila ku berdepan dengan mereka yang hebat ini
ya Rabb, besar kurnia MU
cantik benar mereka menghiasi diri
dengan iman dan taqwa terpatri di hati
tambah dengan ilmu jua semangat kental
jiwa mereka tampak cukup besar
hati mereka bersih dan jelas dengan matlamat..
oh, alangkah besar nikmat ini
teman segala berlaku sungguh singkat
ambil ia buat kita sama menongkah jalan ini
jangan biar ia sunyi lagi
kusam tak berhias
kita hiasi ia
dengan nama ALLAH yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih
tapak ini bermula. . . . .